A.
Proses
Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa
organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di
darat. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir,
lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas
bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak
senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa
hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk
membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak
bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan
kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil peruraian yang berbentuk
cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Untuk
mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian
jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan
lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik,
warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di
dalam lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah
menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan
panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan
batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai
mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut
bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur
mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan
saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian
besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak,
minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang
terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh
karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan
dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila
gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau
batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh
karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum.
Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus
artinya batu dan oleum
yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat
terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah
dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya
berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak
bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi.
Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara
komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran.
Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan
minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi
geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan
minyak bumi beserta gamar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut).
Mengumpulkan energi dari matahari dengan fotosintesis.
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan
terendapkan di dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan
induk adalah batuan yang mengandung karbon (High
Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di
danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang
menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan
sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka
akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan
lainnya yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini
berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah
batuan reservoir
atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan
vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika
daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di
atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin
kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak
terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau
kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius.
Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga
diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon
yang ada menjadi gas.
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen
membentuk hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah
matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi
mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan
kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat
jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat
jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak
tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka
minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
B.
Proses
Pengolahan Minyak Bumi
Proses Pengolahan Minyak Bumi dan Minyak Mentah
dan Komposisinya - Proses pengolahan fosil hewan menjadi minyak melewati
beberapa tahap yang cukup panjang. Mula-mula, para ahli melakukan eksplorasi,
yaitu kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi
untuk menemukan dan mendapatkan perkiraan cadangan minyak bumi. Pada umumnya,
mereka membuat peta topografi dengan pemotretan dari udara. Setelah
daerah-daerah yang akan diselidiki ditetapkan, para ahli bumi (geologi) mencari
contoh-contoh batu atau lapisan batu yang muncul dari permukaan karang atau
tebing-tebing untuk diperiksa di laboratorium.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan
melakukan penyelidikan geofisika. Caranya dengan membuat gempa kecil atau
getaran-getaran di bawah tanah (kegiatan seismik). Gelombang-gelombang getaran
dari ledakan ini turun ke bawah dan memantul kembali ke permukaan bumi. Dengan
cara ini, lokasi yang mengandung minyak bumi dapat diperkirakan secara ilmiah.
Pada daerah lapisan bawah tanah yang tak berpori tersebut dikenal dengan nama
antiklinal atau cekungan. Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa lapisan,
lapisan yang paling bawah berupa air, lapisan di atasnya berisi minyak, sedang
di atas minyak bumi tersebut terdapat rongga yang berisi gas alam. Jika
cekungan mengandung minyak bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan dilakukan
dengan jalan pengeboran.
Setelah menentukan lokasi yang diperkirakan
mengandung minyak bumi, tahapan selanjutnya adalah melakukan kegiatan
eksploitasi. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan minyak bumi. Kegiatan ini terdiri atas pengeboran dan penyelesaian
sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk
pemisahan dan pemurnian minyak. Pengeboran sumber minyak bumi menghasilkan
minyak mentah yang harus diproses lagi.Selain minyak mentah, terdapat juga air
dan senyawa pengotor lainnya. Zat-zat selain minyak mentah dipisahkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya. Kandungan utama minyak mentah
hasil pengeboran merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon. Adapun
senyawa lain, seperti sulfur, nitrogen, dan oksigen hanya terdapat dalam jumlah
sedikit. Tabel berikut menunjukkan persentase komposisi senyawa yang terkandung
dalam minyak mentah (crude oil).
Kelompok Unsur: Karbon 84%; Hidrogen 14%;
Sulfur Antara 1% hingga 3%; Nitrogen Kurang dari 1%; Oksigen Kurang dari 1%;
Logam Kurang dari 1%; Garam Kurang dari 1%.
Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah
terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon, misalnya senyawa alkana, aromatik,
naftalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-senyawa ini memiliki panjang rantai dan
titik didih yang berbeda-beda. Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya,
semakin tinggi titik didihnya. Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
komponen-komponen minyak mentah harus dipisahkan berdasarkan titik didihnya.
Metode yang digunakan adalah distilasi bertingkat. Menurut Anda, adakah metode
pemisahan selain distilasi? Gambar berikut menunjukkan fraksi-fraksi hasil
pengolahan menggunakan metode distilasi bertingkat.
Tahap
Lengkap Pengolahan Minyak Mentah . Minyak
mentah (crude oil) yang diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum dapat
digunakan atau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu
karena minyak bumi masih merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon,
khususnya komponen utama hidrokarbon alifatik dari rantai C yang
sederhana/pendek sampai ke rantai C yang banyak/panjang, dan senyawa-senyawa
yang bukan hidrokarbon.
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada minyak
mentah ditambahkan asam dan basa.
Minyak mentah yang berupa cairan pada suhu dan tekanan atmosfer biasa, memiliki
titik didih persenyawan-persenyawaan hidrokarbon yang berkisar dari suhu yang
sangat rendah sampai suhu yang sangat tinggi. Dalam hal ini, titik didih
hidrokarbon (alkana) meningkat dengan bertambahnya jumlah atom C dalam
molekulnya.
Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak bumi,
maka dilakukanlah pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi
melalui proses distilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses
distilasi (penyulingan) dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi
pendinginan sesuai trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga proses
pengembunan terjadi pada beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini
disebut fraksionasi.
Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni (senyawa
tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan mengingat
bahwa minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun senyawa-senyawa
yang bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa hidrokarbon memiliki isomerisomer
dengan titik didih yang berdekatan. Oleh karena itu, pemisahan minyak mentah
dilakukan dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari
destilat minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu
tertentu.
a. Pengolahan tahap
pertama (primary process)
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat,
yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih
masing-masing fraksi.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke
bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke
atas, suhu dalam menara fraksionasi itu makin rendah. Hal itu menyebabkan
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan mengembun dan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi.
Demikian seterusnya, sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah
komponen yang pada suhu kamar berupa gas.
Perhatikan diagram fraksionasi minyak bumi pada gambar 2 di atas.
Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut.
1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak
bumi dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa
gas. Gas pada kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah,
sedangkan gas yang tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.
Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang
mengandung komponen utama propana (C3H8) dan
butana (C4H10), dan LPG (Liquid Petroleum Gas) yang mengandung
metana (CH4)dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil 90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan
suhu 30 oC – 90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin
ringan) akan mencair dan keluar ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter
merupakan campuran alkana dengan rantai C5H12 – C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih
lebih kecil dari 175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 90 oC – 175 oC. Pada trayek ini, bensin
akan mencair dan keluar ke penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana
dengan rantai C6H14–C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
dari 200 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan
suhu 175 oC - 200 oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan
mencair dan keluar ke penampungan nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan
rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin
(minyak tanah) akan mencair dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah
(kerosin) merupakan campuran alkana dengan rantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak
gas (minyak solar) akan mencair dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak
solar). Minyak solar merupakan campuran alkana dengan
rantai C15H32–C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan.
Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap.
Residu yang tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal
dan arang minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang
menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak
pelumas (C16H34–C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin,
parafin (C21H44–C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C
lebih besar dari C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan
raya.
b. Pengolahan
tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit
pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non
bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih baik, yang
sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.
Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat berupa
pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses polymerisasi,
alkilasi), atau perubahan struktur molekul (proses reforming).
Proses pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.
1) Konversi struktur kimia
Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon
lain melalui proses kimia.
a) Perengkahan (cracking)
Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon
yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.
Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
• Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan
tekanan tinggi saja.
• Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan
katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi
bensin dan karosin. Proses ini juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
• Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang
merupakan kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan
"menyuntikkan" hidrogen pada molekul fraksi hidrokarbon tidak jenuh.
Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta,
karosin, avtur, dan solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya
lebih baik dibandingkan dengan proses perengkahan termal atau perengkahan
katalitik saja.
Selain itu, jumlah residunya akan berkurang.
b) Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin
secara kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini
dapat dijadikan bensin atau avgas.
c) Polimerisasi
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul
tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan
molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa
nafta ringan.
d) Reformasi
Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk
mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan
yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik
komponen-komponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka oktan yang
lebih tinggi.
e) Isomerisasi
Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau
mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon
garis bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini,
n-butana dapat diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku
dalam proses alkilasi.
2) Proses ekstraksi
Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut
fraksifraksi minyak dalam bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan
sebagainya. Dengan proses ini, volume produk yang diperoleh akan lebih banyak
dan mutunya lebih baik bila dibandingkan dengan proses distilasi saja.
3) Proses kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair
(melting point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin,
melalui proses pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin
dan minyak filter. Pada hampir setiap proses pengolahan, dapat diperoleh
produk-produk lain sebagai produk tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan
bahan dasar petrokimia yang diperlukan untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar
kosmetika, obat pembasmi serangga, dan berbagai hasil petrokimia lainnya.
4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)
Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama
dan proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang
merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap.
Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic soda,
tanah liat, atau proses hidrogenasi.
Proses pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi minyak bumi yang
bermanfaat dilakukan di kilang minyak (oil refinery). Di Indonesia terdapat
sejumlah kilang minyak, antara lain:
- kilang minyak Cilacap, Jawa
Tengah (Kapasitas 350 ribu barel/hari);
- kilang minyak Balongan, Jawa
Tengah (Kapasitas 125 ribu barel/hari);
- kilang minyak Balikpapan,
Kalimantan Timur (Kapasitas 240 ribu barel/hari);
- kilang minyak Dumai, Riau;
- kilang minyak Plaju, Sumatra
Selatan;
- kilang minyak Pangkalan
Brandan, Sumatra Utara; dan
- kilang minyak Sorong, Papua.
C.
Kegunaan Minyak Bumi
1.
Bensin
Bensin
yang merupakan bahan bakar kendaraan bermotor dibuat dari minyak bumi. Melewati
proses distalasi yang memisahkan hidrokarbon pada minyak bumi. Karena merupakan
campuran dari beberapa bahan yang tentu saja membuat kualitas bensin berbeda
beda. Penentuan kualitas bensin ditentukan berdasarkan daya bakar yang bisa
dihasilkan. Daya bakar ini sangat erat kaitannya dengan oktan.
2.Gas
Alam
Apakah
dirumah kamu memasak dengan bahan bakar Gas Alam atau lebih umum disebut LPG??
Sudah banyak sekali orang yang menggunakan LPG sebagai bahan bakar saat
memasak. ternyata LOG atau Gas Alam ini berasal dari minyak bumi juga. Bahan
utamanya biasa bisa didapartkan di daerah yang mengeksplor minyak bumi. Setelah
melewat proses distalasi kita bisa menggunakannya untuk keperluan sehari hari
3. Lilin
Lilin
yang biasa kita jumpai ternyata berbahan
baku minyak bumi juga. Lilin setelah abad ke 19 sudah tidak menggunakan lemak
sapi lagi. Kegunaan lilin setelah ditemukannya lampu ialah sebagai upacara
agama dan juga perayaan ulang tahun.
4.Aspal
Kalau
kegunaan yang satu ini sangatlah vital. Semua kendaraan tentu saja butuh aspal
sebagai bahan baku pembuatan jalan. Aspal berasal dari minyak hitam atau minyak
bumi.
5.Solar,Kerosin,Nafta,Pelumas
Selain 4
manfaat dan kegunaan diatas Minyak Bumi juga sangat berguna untuk pembuatan
Solar(bahan bakar bermotor), Kerosin(minyak tanah), Nafta(pelarut) dan
pelumas(mengurangi gesekan).
D. Dampak Positif dan Negatif
*) NEGATIF
1. Pencemaran
udara
Turunnya
kualitas udara akibat zat sisa dari pemakaian minyak bumi
2. Perubahan iklim
Penggunaan minyak bumi akan menghasilkan zat
sisa berupa CO2¬. Gas tersebut dapat menimbulkan efek rumah kaca di bumi
sehingga terjadilah pemanasan global yang sekarang ini sedang terjadi.
Pemanasan global tersebutlah yang memicu perubahan iklim di berbagai balahan
dunia.
3. Pencemaran
air
Eksploitasi miyak bumi dengan menggunakan
kapal tangker, tidak menutup kemungkinan adanya kebocoran pada kapal tangker
tersebut. Karena kapal tangker itu bocor, maka minyak mentah yang ada di
dalamnya akan keluar dan jatuh keair sehingga mengakibatkan pencemaran air.
*) POSITIF
Yang paling utama adalah mengurangi
penggunaan Batu Bara. Seperti yang kita ketahui sebelum minyak bumi popular
batu bara lebih banyak digunakan dan batu bara adalah bahan bakar yang
menghasilkan EMISI karbon dioksida tertinggi persatuan energy yang dihasilkan
nya, yaitu : 112 gram karbon dioksida
mega Joule energy yang dihasilkan nya, sedangkan minyak bumi hanya 85/ mega
joule energy yang dihasilkan nya.